BIG MATCH Juventus vs Milan !
Satu partai big match antara dua tim tradisional Seri A, Juventus kontra AC Milan akan mewarnai akhir pekan ini, atau Senin (7/10) dinihari waktu Indonesia.
Milan sebetulnya mengawali musim dengan optimisme tinggi. PSV Eindhoven berhasil mereka singkirkan dari kualifikasi sehingga mereka berhak tampil di fase grup Liga Champions. Selanjutnya melalui juru transfer mereka Adriano Galliani, Milan membuka romansa para fans dengan mendatangkan dua mantan pemain, Ricardo Kaka dan Alessandro Matri.
Titah baru juga diberikan presiden Silvio Berlusconi terkait taktik. Didatangkannya Kaka adalah pengejawantahan keinginan sang presiden agar Milan bermain dengan Pola 4-3-1-2. Dengan skuat dan pola ini, Milan percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bersaing memperebutkan scudetto.
Namun kenyataan tidak sesuai harapan. Pemain-pemain kunci malah dibekap cedera, yang menghambat inisiasi pola baru di lapangan. Kaka, yang sangat diharapkan untuk menjadi penghubung lini tengah dan depan justru langsung mengalami cedera dalam laga perdananya ketika bertandang ke markas Torino di pekan ketiga Seri A.
Krisis pemain yang melanda Rossoneri memang mengkhawatirkan. Selain Kaka, Stephan El Shaarawy, Mattia De Sciglio dan terakhir Valter Birsa cedera saat menghadapi Ajax Amsterdam di ajang Liga Champions tengah pekan lalu. Kondisi Birsa hingga saat ini masih dalam pengawasan tim medis Milan. Sementara penyerang andalan Mario Balotelli masih menjalani skorsing tiga pertandingan terkait ulahnya di pertandingan melawan Napoli dua pekan lalu.
Juventus di lain sisi tampil sangat meyakinkan. Mereka belum pernah kalah dan kini menempel Roma dan Napoli di klasemen Seri A. Jumlah poin Juventus bahkan telah menyamai Napoli, namun mereka kalah selisih gol. Ambisi untuk menggeser dua tim di atasnya tentu saja membuat Juventus tidak ingin kehilangan angka menghadapi Milan yang tengah limbung.
Dalam laga terakhir lawan Torino, Juve begitu superior meski bertanding di bawah tekanan pendukung lawan. Tanpa diperkuat Andrea Pirlo di lini tengah kala itu, serangan Juve sama sekali tidak mandek dan mereka tetap menguasai jalannya laga. Dengan adanya pemain bertenaga sekaligus berteknik tinggi seperti Paul Pogba dan Arturo Vidal di lini tengah, sebetulnya mereka tidak perlu gentar menghadapi siapapun.
Jika ada sedikit hal yang perlu dikhawatirkan, tidak lain adalah performa lini belakang. Sedikit kekhawatiran tersebut muncul saat mereka membuat blunder yang mengakibatkan gagalnya mereka mengalahkan Galatasaray di Liga Champions tengah pekan lalu. Sedikit celah yang timbul ini tentu dapat dimanfaatkan Milan, yang tentunya menjadikan laga lawan rival mereka ini sebagai titik balik performa mereka di Seri A.
Prediksi Singkat
Dengan kondisi terakhir Milan yang kurang bersahabat, pertemuan mereka kontra Juventus ibarat mimpi buruk buat para punggawa Rossoneri. Jika dengan skuat yang utuh saja mereka belum tentu mampu mengalahkan Juve di hadapan pendukungnya sendiri, lalu dengan kondisi seperti sekarang adakah peluang bagi tim merah hitam untuk setidaknya mencuri poin?
Peluang itu jelas ada. Dengan absennya para gelandang kreatif, Allegri dapat kembali menggelar pola 4-3-3 yang menjadi andalannya musim lalu yang mengandalkan kecepatan dan lebar lapangan. Dengan bermain lebih melebar, terdapat ruang yang dapat dieksploitasi para pemain Milan ketika Juventus asik menyerang. Keberadaan duo fullback Ignazio Abate dan Kevin Constant juga harus dimaksimalkan untuk memberi tekanan pada duo wingback Juve, Stephan Lichtsteiner dan Kwadwo Asamoah.
Belakangan ini, Allegri mulai memainkan gelandang bertahan Nigel De Jong lebih ke dalam untuk melapis duet bek Philippe Mexes dan Cristian Zapata. Keputusan ini cukup masuk akal karena empat bek sejajar Milan kerap kalah duel dengan penyerang lawan, dan mudah dibobol lewat situasi bola mati, bola atas maupun umpan terobosan.
Risiko memainkan De Jong terlalu dalam adalah lini tengah yang terlalu renggang. Siapapun yang nantinya diturunkan oleh Allegri sebagai partner De Jong, entah Riccardo Montolivo, Andrea Poli, Sulley Muntari maupun Antonio Nocerino memiliki tugas ekstra besar untuk menjaga jarak antara mereka agar ruang yang ditinggalkan De Jong tidak dieksploitasi oleh barisan gelandang Juve.
Lini depan Milan akan banyak kehilangan Balotelli. Disamping menjadi pemain paling produktif, ia juga banyak mengancam lewat pergerakannya yang licin. Tanpa Balotelli dan El Shaarawy, Milan mau tidak mau mengandalkan trio penyerang dengan penampilan inkonsisten, Robinho, Alessandro Matri dan Mbaye Niang.
Peluang skuat Antonio Conte untuk menghajar skuat Allegri jelas lebih besar. Disamping rekor belum pernah kalah, situs Whoscored mencatat Juventus memiliki rataan penguasaan bola sebesar 61%, atau tertinggi di Italia. Ancaman nyata juga kerap diberikan oleh para gelandang yang produktif mencetak gol. Trio gelandang kokoh dengan pembagian tugas spesifik yang mereka miliki jelas sulit ditandingi gelandang-gelandang Milan.
Juve juga memiliki variasi serangan lewat kecepatan dan kengototan Carlos Tevez serta kecerdikan Sebastian Giovinco. Penyerang-penyerang lain seperti Fabio Quagliarella, Mirko Vucinic dan Fernando Llorente juga siap diturunkan tergantung kebutuhan taktik. Jika masih belum cukup, kehandalan mereka menjebol pertahanan lawan lewat situasi bola mati juga dapat mengubah hasil akhir laga.
Milan sendiri memiliki kecenderungan yang unik dalam hal mencetak gol. Dari total 14 gol yang mereka ciptakan di seluruh ajang, delapan di antaranya tercipta di 10 menit terakhir. Dalam laga melwan Torino dan Bologna, mereka bahkan mampu mencetak dua gol ketika laga memasuki menit-menit akhir. Kondisi ini mengindikasikan dua hal bertolak belakang bagi Milan, yaitu sebagai tim yang lambat panas dan juga tim yang pantang menyerah.